Ombak yang Menggulung!
- therryalghifary
- Apr 22, 2020
- 4 min read
Apa salah satu pengalaman sangat berat yang pernah saya alami?
Allah SWT menganugrahkan saya untuk melanjutkan Pendidikan di Teknik Elektro Universitas Hasanuddin, sempat ada pilihan untuk mengambil kampus swasta di Jawa Barat namun karena pertimbangan biaya saya memilih berkuliah di Makassar. seingat saya, saya tidak pernah menyesal mengambil keputusan ini. Saya mengambil Teknik Elektro karena saya melanjutkan jurusan yang saya ambil sewaktu SMK yaitu jurusan transmisi telekomunikasi di SMK Telkom. Ada suasana yang sangat berbeda berkuliah di Teknik Unhas, di Teknik Unhas sangat menjunjung tinggi senioritas dan sering kali menggunakan kekerasan dalam proses pengkaderan mahasiswanya.
Di awal perkuliahan saya mengalami banyak sekali peristiwa kekerasan dalam pengkaderan mahasiswa di Fakultas Teknik Unhas. Sistem pengkaderan yang digunakan saat itu cenderung menggunakan cara-cara kekerasan seperti tempeleng, pukulan, dan cara-cara berlebihan dari senior ke juniornya. Saat itu saya diamanahkan sebagai koordinator Angkatan, sehingga saya mengalami dan harus menghadapi semua peristiwa tersebut, namun jiwa saya menolak semua prilaku kekerasan ini. Hal ini pulalah yang membuat saya tetap bertahan di Lembaga kemahasiswaan, saya merasa perlu untuk melakukan sesuatu untuk menghilangkan sistem pengkaderan dengan kekerasan yang ada di Teknik.
Melakukan misi ini tidaklah mudah, seolah-olah sedang berusaha mendobrak tembok yang sangat tinggi dan tebal, serta juga bisa dapat memukul balik. Saya masih mengingat ketika LPJ kepengurusan himpunan angkatan kami ditolak oleh musyawarah mahasiswa pada saat itu, karena saya meniadakan salah satu kegiatan tradisi di jurusan yang di dalamnya banyak sekali terjadi praktek-praktek kekerasan. Waktu itu, mengatakan kegiatan ini dihapuskan karena banyak praktek kekerasannya sangat sulit dan belum bisa diutarakan secara terbuka. Mayoritas beranggapan cara ini adalah cara benar untuk membentuk mental dan karakter khas seorang anak Teknik.
Momen ditolaknya LPJ Himpunan ini cukup berat, dan disatu sisi dalam diriku merasakan gagal menjalankan tugas di himpunan. Namun entah kenapa, saya merasakan Allah SWT malah memberikan kepercayaan kepada saya via teman-teman yang mendorong dan mengamanahkan saya untuk menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Unhas (SMFT-UH). Saat itu saya menerima amanah ini dengan pemikiran bahwa dengan posisi sebagai ketua Lembaga mungkin saya dapat mempengaruhi lebih besar untuk menghilangkan praktek-praktek kekerasan di pengkaderan Teknik. Namun apa daya, saat itu belum juga selesai masalah kekerasan dalam pengkaderan, saya malah mengalami rangkaian konflik antar kelompok mahasiswa yang melibatkan mahasiswa Teknik.
Sebenarnya, sejak mahasiswa baru saya sudah melihat sendiri tawuran-tawuran itu terjadi, namun karena mahasiswa baru sering kali kami tidak terlibat di dalamnya, sejak telah menjadi anggota organisasi, teman-temanku sudah terlibat apabila terjadi tawuran, saya sebagai koordinator angkatan saat itu selalu hadir dan berada di lokasi tawuran, namun saya tidak pernah memukul, melempar batu, atau melakukan bentuk kekerasan apapun. Yang saya lakukan adalah mencoba mendorong mundur teman-teman atau junior yang saya kenal dan memastikan semua anggotaku dapat segera diamankan apabila terluka. Ada pengaruhnya? Sulit, namun yang saya ingat saya cuma berusaha semampuku untuk mencegah tawuran semakin besar. Syukurnya Allah SWT juga selalu melindungiku saat tawuran, sehingga saya tidak pernah terluka saat tawuran terjadi.
Saat saya menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Unhas, saat itu pulalah tantangan tawuran ini semakin besar saya alami. Terhitung tiga sampai lima kali terjadi selama era kepengurusan ku sebagai ketua lembaga. Yang pertama dengan Fakultas MIPA, kemudian dengan Sospol, kemudian dengan Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan. Bahkan di periode itu terjadi salah satu tawuran yang terbesar yang terjadi sejak Unhas didirikan, seingat saya hampir semua fakultas terlibat, banyak korban luka, motor-motor mahasiswa di bakar, kampus di rusak dan dibakar, bahkan WR3 kami saat itu juga ikut terluka karena terkena lemparan batu. Saya melihat sendiri dengan mata kepalaku busur yang menancap di perut salah satu temanku. Ada dua orang junior yang kalau malam itu tidak beruntung, maka mungkin akan jatuh korban jiwa.

Berbagai masalah baik kekerasan dalam pengkaderan, ataupun tawuran ini, pada satu titik membuatku merasa tidak berdaya, sangat tidak berdaya. Saya merasa lelah, capek, bahkan saat itu dalam hatiku seperti protes kepada Allah, “ Ya Allah kenapa ini tawuran ndak berhenti-berhenti” baru beberapa bulan sudah tawuran, ada lagi yang tawuran. Belum lagi energi yang dikeluarkan untuk mengurus dampak tawuran sungguh sangat melelahkan, berbagai pertemuan dilakukan, koordinasi dan komunikasi ke banyak pihak, mengurus di kepolisian, dan lain sebagainya.
Namun saya masih ingat sekali dalam kepalaku, sore itu ketika tawuran terbesar itu terjadi, dan sorenya ketika kondisi sudah mulai kondusif, polisi sudah datang untuk mengamankan kampus. Entah kenapa dengan rasa ketidak berdayaan ini, jiwaku terdorong untuk melaksanakan shalat Ashar. Dengan rasa penuh ketidak berdayaan saya hadapkan diriku kepada Allah, memohon kepada-Nya. Entah kenapa, sore itu saya merasa Allah menitipkanku setitik energi, dan dengan energi inilah saya berusaha memperbaiki segala sesuatunya, berusaha tetap positif terhadap apa yang terjadi. Saat itu saya pikir, kalaupun memang kepengurusan ini sudah hancur-hancuran di kasus tawuran dan kekerasan, saya tidak bisa membiarkan program-program lainku terbengkalai. Dengan energi itu saya berusaha mengantisipasi dan menanggulangi semua dampak buruk tawuran. Didukung dengan tim kepengurusan yang cukup kuat, saya bersama tim Senat tetap jalankan program kerja dengan maksimal. Dan syukurnya entah mengapa di akhir kepengurusan saya, program-program kerja Senat berjalan dengan baik dan dengan work standard yang tinggi. Selain itu kita tetap mendorong keaktifan lembaga untuk melakukan peran social control kepada pemerintah. Berkali-kali kami turun melakukan demonstrasi namun dilakukan dengan aman dan damai. Bahkan sekali demonstrasi, massa unhas itu saking panjangnya saat saya menoleh kebelakang itu terlihat merah semua dan tidak terliat ujungnya. Aksi waktu itu berhasil mencegah naiknya harga BBM di era presiden SBY-Boediono. Puncaknya LPJ saya diterima dan diapresiasi oleh Kongres Mahasiswa Teknik yang terdiri dari perwakilan enam jurusan yang ada. Atas dasar inilah momen shalat Ashar sore itu, menjadi salah satu momen tersignifikan dalam hidupku, dan kan selalu saya syukuri.
Comments